LAPANG DADA TERHADAP PERSELISIHAN
(Refleksi Pesantren
Ramadhan 3 Annur)*
Segala puji hanya milik
Allah, yang telah mempersatukan hati, mendorong orang-orang beriman untuk berkumpul dan bersatu, serta
memperingatkan mereka dari perpecahan dan perselisihan. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak
disembah selain Allah semata yang tidak
ada sekutu bagiNya, yang menciptakan dan menentukan, menetapkan syari’at dan
memudahkannya. Allah Maha Penyayang terhadap hama-hambaNya yang beriman. Dan
aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya, yang memerintahkan untuk memberikan
kemudahan dan kabar gembira.
Seorang muslim haruslah berlapang dada terhadap orang yang
menyelisihinya, apalagi jika diketahui bahwa orang yang menyelisihinya itu
memiliki niat yang baik dan ia tidaklah menyelisihinya melainkan dikarenakan ia
belum pernah mendapatkan dirinya ditegakkan hujjah kepadanya. Selayaknya
seseorang bersikap fleksibel di dalam masalah ini, dan janganlah ia menjadikan
perselisihan semisal ini berdampak pada permusuhan dan kebencian. Allohumma,
kecuali seorang yang menyelisihi karena menentang, padahal telah diterangkan
padanya kebenaran dan ia tetap bersikeras di atas kebatilannya. Apabila
demikian keadaannya, maka wajib mensikapinya dengan sesuatu yang layak baginya
berupa menjauhkan dan memperingatkan ummat dari dirinya. Karena permusuhannya
telah jelas dan telah diterangkan padanya kebenaran namun ia tidak mau
mengapresiasikannya.
Ada permasalahan furu’iyyah yang diperselisihkan manusia, dan hal
ini pada hakikatnya termasuk sesuatu yang Alloh memberikan kelapangan kepada
hamba-hamba-Nya adanya perselisihan di dalamnya. Yang saya maksud adalah
permasalahan yang bukan termasuk ushul
(pokok) yang dapat mengantarkan kepada pengkafiran bagi yang menyelisihinya. Maka
masalah ini termasuk perkara yang Alloh memberikan keluasan di dalamnya bagi
hamba-hamba-Nya dan adanya kesalahan di dalamnya dimaafkan. Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda :
إذا حكم الحاكم فاجتهد
فأصاب فله أجران وإن أخطأ فله أجر واحد
“Apabila
seorang hakim berijtihad lalu ia benar maka ia mendapatkan dua pahala, namun
apabila ia tersalah maka mendapatkan satu pahala.”
Seorang
mujtahid, ia tidak akan keluar dari cakupan pahala selamanya, bisa jadi ia
mendapatkan dua pahala apabila ia benar dan bisa jadi satu pahala apabila ia
tersalah.
Apabila
anda tidak menginginkan ada orang selain anda yang menyelisihi anda, demikian
pula dengan orang lain, ia juga tidak menginginkan ada orang lainnya yang
menyelisihinya. Sebagaimana pula anda menghendaki supaya manusia mau menerima
pendapat anda maka orang yang menyelisihi anda pun juga ingin supaya pendapat
mereka diterima.
Maka,
tempat kembali ketika terjadi perbedaan pendapat, telah Alloh Azza wa Jalla terangkan di dalam firman-Nya :
وَمَا اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ
مِن شَىْءٍ فَحُكْمُهُ إِلَى اللَّهِ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبِّى عَلَيْهِ
تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
“Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, Maka putusannya (terserah)
kepada Allah. (yang mempunyai sifat-sifat demikian) Itulah Allah Tuhanku. kepada-Nya
lah Aku bertawakkal dan kepada-Nyalah Aku kembali.”
(QS asy-Syuuro : 10)
Dan firman-Nya Azza wa Jalla
:
يَـأَيُّهَا الَّذِينَ
ءَامَنُواْ أَطِيعُواْ اللَّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِى الاَْمْرِ
مِنْكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ
إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الاَْخِرِ ذلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ
تَأْوِيلاً
”Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri
di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS an-Nisaa` : 59)
Wajib bagi setiap orang yang berselisih dan berbeda
pendapat untuk kembali kepada dua pokok ini, yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya
Shallallahu ’alaihi wa Salam. Tidaklah halal bagi seorangpun untuk menentang
Kalamullah Ta’ala dan ucapan Rasul-Nya Shallallahu ’alaihi wa Salam dengan ucapan seorang manusia, siapapun dia.
Jika telah jelas bagi anda suatu kebenaran, maka
wajib bagi anda melempar ucapan orang yang menyelisihi kebenaran itu ke balik
tembok dan janganlah anda menoleh kepadanya walau setinggi apapun kedudukannya
di dalam ilmu dan agama. Karena ucapan seseorang bisa saja salah sedangkan
Kalamullah Ta’ala dan ucapan
Rasul-Nya Shallallahu
’alaihi wa Salam tidak mungkin
salah.
Sungguh aku benar-benar sangat sedih, ketika aku
mendengar ada sekelompok orang yang dianggap sebagai orang yang tekun dan giat
di dalam menuntut dan meraih ilmu, akan tetapi kami mendapatkan mereka dalam
keadaan berpecah belah. Setiap orang dari mereka memiliki nama atau sifat
tertentu. Hal ini pada realitanya merupakan suatu kekeliruan, karena agama
Alloh Azza
wa Jalla itu satu dan ummat
Islam itu juga satu. Alloh Azza
wa Jalla berfirman :
وَإِنَّ هَـذِهِ
أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَحِدَةً وَأَنَاْ رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ
”Sesungguhnya
ummat kamu semua ini adalah ummat yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, Maka
bertakwalah kepada-Ku.”
(QS al-Mu’minun : 52)
Alloh Subhanahu
wa Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya Muhammad Shallallahu ’alaihi wa Salam :
إِنَّ الَّذِينَ
فَرَّقُواْ دِينَهُمْ وَكَانُواْ شِيَعًا لَّسْتَ مِنْهُمْ فِى شَىْءٍ إِنَّمَآ
أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُواْ يَفْعَلُونَ
”Sesungguhnya
orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak
ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka
hanyalah terserah kepada Allah, Kemudian Allah akan memberitahukan kepada
mereka apa yang Telah mereka perbuat.”
(QS al-An’aam : 159)
Alloh Azza
wa Jalla berfirman :
شَرَعَ لَكُم مِّنَ
الِدِينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحاً وَالَّذِى أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا
بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُواْ الدِّينَ وَلاَ
تَتَفَرَّقُواْ فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ
اللَّهُ يَجْتَبِى إِلَيْهِ مَن يَشَآءُ وَيَهْدِى إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ
“Dia
Telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang Telah diwasiatkan-Nya
kepada Nuh dan apa yang Telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang Telah kami
wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah
kamu berpecah belah tentangnya. amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang
kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang
dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali
(kepada-Nya).” (QS asy-Syuuro :
13)
Apabila ini adalah arahan Alloh Azza wa Jalla kepada kita, maka wajib bagi kita menerima arahan
ini dan wajib bagi kita bersatu di atas landasan pembahasan dan saling
berdiskusi satu dengan lainnya di atas koridor ishlah
(perbaikan) bukannya di atas koridor kritikan dan balas dendam.
Karena sesungguhnya, setiap orang yang mendebat
orang lain dengan maksud untuk memenangkan pendapatnya dan merendahkan pendapat
selainnya, atau bermaksud hanya untuk mengkritisi tanpa ada keinginan untuk
membenahi, maka mayoritas mereka akan keluar dengan hasil yang tidak diridhai
Alloh dan Rasul-Nya. Maka wajib bagi kita di dalam masalah seperti ini menjadi
umat yang satu.
Saya tidaklah mengatakan tidak ada orang yang tidak
bersalah. Setiap orang bisa salah dan bisa benar. Akan tetapi, yang saya bicarakan adalah cara di
dalam membenahi kesalahan. Cara di dalam membenahi kesalahan itu bukan dengan
cara saya berbicara di belakangnya atau saya mencelanya. Namun cara di dalam
membenahi adalah dengan aku berkumpul dan berdiskusi dengannya, apabila tampak
setelah ini orang tersebut bersikeras menentang dan tetap berpegang dengan
kebatilannya, maka pada saat itulah saya memiliki alasan dan hak, bahkan saya
wajib menjelaskan kesalahannya serta memperingatkan manusia dari kesalahannya.
Dengan inilah masalah-masalah tersebut akan dapat dibenahi. Adapun berpecah
belah dan berpartai-partai, tidak ada seorang pun yang senang dengan hal ini
kecuali musuh Islam dan musuh kaum muslimin.
والله
أسأل أن يجمع قلوبنا على طاعته، وأن يجعلنا من المتحاكمين إلى الله ورسوله، وأن
يخلص لنا النية ويبين لنا ما خفي علينا من شريعته إنه جواد كريم.
Saya memohon kepada Alloh untuk mempersatukan hati
kita di atas ketaatan kepada-Nya, menjadikan kita orang yang senantiasa
berhukum kepada Alloh dan Rasul-Nya dan mengikhlaskan niat kita serta
menerangkan kepada kita segala hal yang masih tersamar atas kita dari
syariat-Nya, karena sesungguhnya Ia adalah Maha Pemurah lagi Maha Mulia.
والحمد لله رب العالمين
وصلى وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين.
Segala
puji hanyalah milik Alloh Rabb pemelihara alam semesta. Sholawat dan Salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga beliau dan
para sahabatnya sekalian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar