PENSIL AJAIB
(disampaikan saat pestra 3 Annur tingkat Kibar)*
Kali ini saya ingin menceritakan kepada Anda sebuah kisah
penuh hikmah dari sebatang pensil. Dikisahkan, sebuah pensil akan segera dibungkus dan dijual ke pasar. Oleh
pembuatnya, pensil itu dinasihati mengenai tugas yang akan diembannya. Maka,
beberapa wejangan pun diberikan kepada
si pensil. Inilah yang dikatakan oleh si pembuat pensil tersebut kepada
pensilnya.
Wahai pensil, tugasmu yang pertama
dan utama adalah membantu orang sehingga memudahkan mereka menulis. Kamu boleh
melakukan fungsi apa pun, tapi tugas utamamu adalah sebagai alat penulis. Kalau
kamu gagal berfungsi sebagai alat tulis. Macet, rusak, maka tugas utamamu
menaglami sebuah kegagal
"Kedua, agar dirimu
bisa berfungsi dengan sempurna, kamu akan mengalami proses penajaman. Memang
meyakitkan, tapi itulah yang akan membuat dirimu menjadi berguna dan lebih
memilikib fungsi yang optimal".
"Ketiga, yang penting
bukanlah yang ada di luar dirimu. Yang penting, yang utama dan yang paling
berguna adalah yang ada di dalam dirimu. Itulah yang membuat dirimu menjadi
berharga dan berguna bagi umat manusia".
"Keempat, kamu tidak
bisa berfungsi sendirian. Agar bisa berguna dan bermanfaat, maka kamu harus
membiarkan dirimu bekerjasama dengan manusia yang menggunakanmu"
"Kelima. Di saat-saat
terakhir, apa yang telah engkau hasilkan itulah yang menunjukkan seberapa
hebatnya dirimu yang sesungguhnya. Bukanlah pensil utuh yang dianggap berhasil,
melainkan pensil-pensil yang telah membantu menghasilkan karya terbaik, yang
berfungsi hingga potongan terpendek.
Itulah yang sebenarnya paling mencapai tujuanmu untuk apa dan mengapa kamu
dibuat".
Sejak itulah, pensil-pensil itu pun masuk ke dalam
kotaknya, dibungkus, dikemas, dan dijual ke pasar bagi untuk melengkapi
kebutuhan manusia yang mungkin dibutuhkannya.
Pembaca, pensil-pensil ini pun mengingatkan kita mengenai
tujuan dan misi kita berada di dunia ini. Saya pun percaya bahwa bukanlah tanpa
sebab kita berada dan diciptakan ataupun dilahirkan di dunia ini. Yang jelas,
ada sebuah purpose dalam diri kita yang perlu untuk digenapi dan segera
diselesaikan demi sebuah kesempurnaan.
Sama seperti pensil itu, begitu pulalah diri kita yang
berada di dunia ini. Apa pun profesinya, saya yakin kesadaran kita mengenai
tujuan dan panggilan hidup kita, akan membuat hidup kita menjadi semakin
bermakna.
Hilang
arah…..!
Tidak mengherankan jika Victor Frankl yang memopulerkan
Logoterapi, yang dia sendiri pernah disiksa oleh Nazi, mengemukakan
"tujuan hidup yang jelas, membuat orang punya harapan serta tidak
mengakhiri hidupnya". Itulah
sebabnya, tak mengherankan jika dikatakan bahwa salah satu penyebab terbesar
dari angka bunuh diri adalah kehilangan arah ataupun tujuan hidup. Maka, dari
filosofi pensil di atas kita belajar mengenai lima hal penting dalam menjalani
kehidupan.
Pertama, hidup harus punya tujuan yang pasti.
Apapun kerja, profesi atau pun peran yang kita mainkan di dunia ini, kita harus
berdaya guna. Jika tidak, maka sia-sialah tujuan diri kita diciptakan. Celakanya,
kita lahir tanpa sebuah instruksi ataupun buku manual yang menjelaskan untuk
apakah kita hadir di dunia ini. Pencarian akan tujuan dan panggilan kita,
menjadi tema penting selama kita hidup di dunia.
Yang jelas, kehidupan kita dimaknakan untuk menjadi
berguna dan bermanfaat serta positif bagi orang-orang di sekitar kita, minimal
untuk orang-orang terdekat. Jika tidak demikian, maka kita useless. Tidak ada
gunanya. Sama seperti sebatang pensil yang tidak bisa dipakai menulis, maka ia
tidaklah berguna sama sekali.
Kedua, akan terjadi proses penajaman
sehingga kita bisa berguna optimal, oleh karena itulah, sering terjadi
kesulitan, hambatan ataupun tantangan. Semuanya berguna dan bermanfaat sehingga
kita selalu belajar darinya untuk menjadi lebih baik. Ingat kembali soal
Lee Iacocca, salah satu eksekutif yang justru menjadi
besar dan terkenal, setelah dia didepak keluar dari mobil Ford. Pengalaman itu
justru menjadi pemacu semangat baginya untuk berhasil di Chrysler.
Ingat pula, Donald Trump yang sempat diguncang masalah
finansial dan nyaris bangkrut. Namun, kebangkrutannya itulah yang justru
menjadi pelajaran dan motivasi baginya untuk sukses lebih langgeng. Kadang
penajaman itu 'sakit'. Namun, itulah yang justru akan memberikan kesempatan
kita mengeluarkan yang terbaik.
Ketiga, bagian internal diri kitalah yang akan
berperan. Saya sering menyaksikan banyak artis, ataupun bintang film yang
terkenal, justru yang hebat bukanlah karena mereka paling cantik ataupun paling
tampan. Tetapi, kemampuan dalam diri mereka, filosofi serta semangat merekalah
yang membuat mereka menjadi luar biasa. Demikian pula pada diri kita. Pada
akhirnya, apa yang ada di dalam diri kita seperti karakter, kemampuan, bakat,
motivasi, semangat, pola pikir itulah yang akan lebih berdampak daripada
tampilan luar diri kita.
Keempat, pensil pun mengajarkan agar bisa
berfungsi sempurna kita harus belajar bekerja sama dengan orang lain.
Bayangkanlah seorang aktor atau aktris yang tidak mau diatur sutradaranya.
Bayangkan seorang anak buah yang tidak mau diatur atasannya. Ataupun seorang
service provider yang tidak mau diatur oleh pelanggannya. Mereka semua tidak
akan berfungsi sempurna. Agar berhasil, kadang kita harus belajar dari pensil
untuk 'tunduk' dan membiarkan diri kita berubah menjadi alat yang sempurna
dengan belajar dan mendengar dari ahlinya. Itulah sebabnya, kemampuan untuk
belajar bekerja sama dengan orang lain, mendengarkan orang lain, belajar dari
'guru' yang lebih tahu adalah sesuatu yang membuat kita menjadi lebih baik.
Terakhir, pensil pun
mengajarkan kita meninggalkan warisan yang berharga melalui karya-karya yang
kita tinggalkan. Tugas kita bukan kembali dalam kondisi utuh dan sempurna,
melainkan menjadikan diri kita berarti dan berharga. Itulah filosofi 'memberi
dan melayani yang diajarkan oleh Tuhan kita.