Dalam surat luqman ayat 12 yang artinya,
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah
kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya
ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya Lagi Maha Terpuji”.
Dasar pembentukan karakter itu adalah
nilai baik atau buruk. Nilai baik disimbolkan dengan nilai Malaikat dan nilai
buruk disimbolkan dengan nilai Setan. Karakter manusia merupakan hasil
tarik-menarik antara nilai baik dalam bentuk energi positif dan nilai buruk
dalam bentuk energi negatif. Energi positif itu berupa nilai-nilai etis
religius yang bersumber dari keyakinan kepada Tuhan, sedangkan energi negatif
itu berupa nilai-nilai yang a-moral yang bersumber dari taghut (Setan).
Nilai-nilai etis moral itu berfungsi
sebagai sarana pemurnian, pensucian dan pembangkitan nilai-nilai kemanusiaan
yang sejati (hati nurani). Energi positif itu berupa: Pertama, kekuatan
spiritual. Kekuatan spiritual itu berupa îmân, islâm, ihsân dan taqwa, yang
berfungsi membimbing dan memberikan kekuatan kepada manusia untuk menggapai
keagungan dan kemuliaan (ahsani taqwîm); Kedua, kekuatan potensi manusia
positif, berupa âqlus salîm (akal yang sehat), qalbun salîm (hati yang sehat),
qalbun munîb (hati yang kembali, bersih, suci dari dosa) dan nafsul mutmainnah
(jiwa yang tenang), yang kesemuanya itu merupakan modal insani atau sumber daya
manusia yang memiliki kekuatan luar biasa. Ketiga, sikap dan perilaku etis.
Sikap dan perilaku etis ini merupakan implementasi dari kekuatan spiritual dan
kekuatan kepribadian manusia yang kemudian melahirkan konsep-konsep normatif
tentang nilai-nilai budaya etis. Sikap dan perilaku etis itu meliputi: istiqâmah
(integritas), ihlâs, jihâd dan amal saleh.
Energi positif tersebut dalam perspektif
individu akan melahirkan karakter, yaitu orang yang bertaqwa, memiliki
integritas (nafs al-mutmainnah) dan beramal saleh. Aktualisasi orang yang
berkualitas ini dalam hidup dan bekerja akan melahirkan akhlak budi pekerti
yang luhur karena memiliki personality (integritas, komitmen dan dedikasi),
capacity (kecakapan) dan kompetensi yang bagus pula (professional).
Kebalikan dari energi positif di atas
adalah energi negatif. Energi negatif itu disimbolkan dengan kekuatan
materialistik dan nilai-nilai thâghût (nilai-nilai destruktif). Kalau
nilai-nilai etis berfungsi sebagai sarana pemurnian, pensucian dan pembangkitan
nilai-nilai kemanusiaan yang sejati (hati nurani), nilai-nilai material
(thâghût ) justru berfungsi sebaliknya yaitu pembusukan, dan penggelapan
nilai-nilai kemanusiaan. Hampir sama dengan energi positif, energi negatif
terdiri dari: Pertama, kekuatan thaghut. Kekuatan thâghût itu berupa kufr
(kekafiran), munafiq (kemunafikan), fasiq (kefasikan) dan syirik (kesyirikan)
yang kesemuanya itu merupakan kekuatan yang menjauhkan manusia dari makhluk
etis dan kemanusiaannya yang hakiki (ahsani taqwîm) menjadi makhluk yang serba
material (asfala sâfilîn); Kedua, kekuatan kemanusiaan negatif, yaitu pikiran
jahiliyah (pikiran sesat), qalbun marîdl (hati yang sakit, tidak merasa),
qalbun mayyit (hati yang mati, tidak punya nurani) dan nafsu ‘l-lawwamah (jiwa
yang tercela) yang kesemuanya itu akan menjadikan manusia menghamba pada
ilah-ilah selain Allah berupa harta, sex dan kekuasaan (thâghût). Ketiga, sikap
dan perilaku tidak etis. Sikap dan perilaku tidak etis ini merupakan
implementasi dari kekuatan thâghût dan kekuatan kemanusiaan negatif yang kemudian
melahirkan konsep-konsep normatif tentang nilai-nilai budaya tidak etis (budaya
busuk). Sikap dan perilaku tidak etis itu meliputi: takabur (congkak), hubb ad-dunyâ
(materialistik), dzâlim (aniaya) dan amal sayyiât (destruktif).
Energi negatif tersebut dalam perspektif
individu akan melahirkan orang yang berkarakter buruk, yaitu orang yang puncak keburukannya
meliputi syirk, nafs lawwamah dan ’amal al sayyiât (destruktif). Aktualisasi
orang yang bermental thâghût ini dalam hidup dan bekerja akan melahirkan
perilaku tercela, yaitu orang yang memiliki personality tidak bagus (hipokrit, penghianat
dan pengecut) dan orang yang tidak mampu mendayagunakan kompetensi yang
dimiliki.