Sabtu, 28 Januari 2012

PENDIDIKAN KARAKTER PERSPEKTIF ISLAM


Oleh : Asep Hasan Muhidin

Karakter adalah suatu tabiat atau kebiasaan. Dalam psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu.
Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Karena akhlak adalah suatu sifat yang tertanam  dalam jiwa yg daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dan  tidak memerlukan pertimbangan pikiran lebih dulu (Imam Al Ghazali). Sedangkan menurut Prof Dr Ahmad Amin memberikan definisi bahwa akhlak ialah Adatul iradah/ kehendak yg dibiasakan artinya bahwa  bila kehendak itu dibiasakan maka kebiasaan itu dinamakan akhlak. Dengan demikian Karakter atau akhlak Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan.
Individu muslim dapat dikatakan berkarakter baik atau unggul jika ia selalu berusaha melakukan hal-hal yang  terbaik terhadap Allah SWT, dirinya,  sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).  Hal ini bias terwujud jika individu tersebut mengikuti pendidikan penanaman nilai-nilai karakter yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral berdasarkan  agama sehingga pendidikan ini memiliki tujuan yang pasti yaitu keyakinan yang kuat dan pengamalan sebagai bentuk nilai maksimal dari ranah psikomotor.
Dalam analogi sederhananya mengenai pendidikan yang bertujuan jelas dan tidak adalah seperti halnya dua tanaman yang saya temukan di pegunungan curug Cujalu yaitu tanaman yang layu hampir kering dan tanaman yang sehat menjulang tinggi. Tanaman yang layu dan hampir kering merupakan ibarat hidup manusia yang menjalani hidupnya tanpa tujuan dan tanpa harapan. Setiap yang ia pikirkan hanyalah bagaimana mencukupi kebutuhan sehari – hari dengan seringkali mengeluh akan nasib yang ia terima. Tanaman yang tumbuh segar merupakan perumpamaan dari seorang yang hidupnya penuh semangat karena ia memiliki impian, cita–cita, dan harapan sehingga hidupnya memang terlihat lebih hidup. Inilah yang menjadi tujuan utama pendidikan yaitu mencetak individu menjadi manusia yang memiliki impian tujuan dan harapan yang terukur sehingga mampu mewujudkannya.

“Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya, pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (An-Nahl: 11)

Inilah yang paling menarik untuk direnungkan selanjutnya dari sebatang pohon. Pohon memiliki karakter kuat yang patut untuk di contoh oleh umat manusia dengan segala keterbatasannya ia tumbuh selalu menuju ke titik cahaya. Saat tumbang karena terpaan angin dan masih diberi kesempatan tumbuh maka ia tumbuh menuju cahaya. Jika Doni Koesoema A sebagai Direktur Pendidikan Karakter mengungkapkan  tiga matra pendidikan karakter yang menjadi dasar bagi pengembangan pendidikan karakter utuh dan menyeluruh, yaitu matra individual, matra sosial, dan matra moral maka pohonlah yang menjawabnya.

“Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Ali Imran: 191)

Pertama pohon menjawab matra individual bahwa pohon mampu menegakan dirinya untuk tumbuh tanpa ketergantungan dirinya pada yang lain, ini karena ia selalu berada dala posisi mengarah dan menuju cahaya. Jika hal ini dicontoh oleh manusia dalam membangun karakternya untuk selalu menuju cahaya ilahi dan berada dalam cahaya keimanan maka ia akan lebih sempurna dari pada pohon. Dengan demikian setiap individu akan memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti  percaya diri, bertanggung jawab, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, sabar, dapat dipercaya, jujur, dan selalu berfikir positif.
Kedua matra sosial, digambarkan pohon dalam penyimpanan air dalam akar-akarnya dengan demikian telah terjadi penghematan air yang mungkin akan menjadi bencana bagi makhluk yang lain. Jiwa sosial inilah yang semestinya menjadi karakter individu muslim yaitu berbudi pekerti baik antar sesama. Individu yang berbudi pekerti adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik pada saat ini, baik terhadap Allah SWT, dirinya, sesama, dan  lingkungan dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).
 Ketiga matra moral, kini pohon kelapa yang tumbuh di bagian panggal air terjun Cijalulah yang menjawabnya berapa banyak orang yang memuji pohon kelapa sebagai lambang keindahan dan kebijaksanaan bahkan ada yang mengabadikannya dalam lagu Rayuan Pulau Kelapa yang menggambarkan keindahan negara Indonesia yang elok dan dicintai oleh bangsanya. Dari renungan ini menggambarkan suatu organisme atau makhluk hidup yang tangguh dan eksis dalam kondisi lingkungan yang minim. kelapa berguna bagi makhluk hidup lain mulai akar sampai buahnya. Seandainya karakter ini sanggup dijalani manusia dalam kehidupannya dia akan menjadi manusia yang tegar, kokoh, dan tidak terombang-ambing oleh arus kebusukan sosial. Meskipun hidup dalam kekurangan, dia mampu berusaha untuk menyambung hidup dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Karena semua manusia itu di ciptakan dalam keadaan sempurna jika tidak maka cara pandang manusialah yang tidak sempurna.
Dari uraian matra moral yang di analaogikan melalui pohon kelapa ini menekankan pada penanaman nilai-nilai karakter syukur sehingga mampu menjadi individu siap pakai dimana dan kapan saja. Siap mental dan tahan dari segala cobaan dan hantaman berbagai permasalah hidup yang akan selalu mengiringinya.  
Kita dapat merenungi sejenak tentang surat An-Nahl: 11 di atas, yaitu tentang pohon kurma. Kurma tumbuh dari biji yang sangat kecil (ukuran biji tidak lebih dari 1 cm3). Dari biji ini tumbuh sebatang pohon dengan panjang mencapai 4-5 m dan beratnya bisa mencapai ratusan kilo gram. Satu hal yang diperlukan biji tersebut untuk dapat mengangkat beban yang berat ini adalah tanah di mana ia tumbuh.
Bagaimana sebutir biji mengetahui cara membentuk sebuah pohon? Bagaimana biji tersebut “berpikir” untuk melebur dengan senyawa tertentu di dalam tanah untuk menciptakan kayu? Bagaimana dia meramalkan bentuk dan struktur yang dibutuhkan? Pertanyaan terakhir ini sangat penting karena ia bukanlah sebatang pohon sederhana yang keluar dari sebutir biji. Dia adalah organisme hidup yang kompleks dengan akar untuk menyerap zat-zat dari dalam tanah, dengan urat dan cabang-cabang yang diatur dengan sempurna. Seorang manusia akan menemui kesulitan untuk menggambarkan dengan tepat sebuah bentuk pohon, ketika secara kontras sebutir biji yang sederhana dapat menghasilkan sebuah benda yang kompleks hanya dengan menggunakan zat-zat yang ada di dalam tanah. Dan ini jawabannya ini adalah rahasia tuhan yang akan menjadi pendidikan bagi manusia.
Dengan demikian untuk mendasari kebehasilan pendidikan karakter yang menjadi trend masa kini adalah dengan :
1.      Menanamkan nilai-nilai Ketauhidan terhadap Allah dengan meyakini sifat-sifatnya tidak ada sekutu dan yang mampu menandingi kekuasaannya serta berpegang tugah pada kalamnya (Alquran).
Dalam alquran luqmanul hakim menerapan pendidikan karakter terhadap anaknya, yang artinya :
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.(Luqman : 13)"
2.      Membina budi pekerti/ perangai terpuji sejak dini. Sebagai mana firman Allah SWT:
(Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui (Lukman:16).
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Lukman:18).
3.      Menumbuhkan rasa syukur pada setiap takdir ketentuan Allah SWT.
Sebagaiman firman Allah SWT yang artinya:
Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.(Luqman : 12)"
4.      Menegakan shalat dan Amar ma’ruf nahi munkar sebagai bentuk ibadah dan implementasi keimanan.
Konteks ini dijelaskan dalam alquran surat 31:17 yang artinya Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

Wallohu’alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar